<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d7346523965267408941\x26blogName\x3dStory+behind+the+kitchen\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://bundanyafalih.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://bundanyafalih.blogspot.com/\x26vt\x3d3973288388259035868', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Nov 22, 2007

Pisang Kepok


Beberapa waktu yang lalu, di sini ditulis artikel tentang pisang kepok. Kebetulan, di stasiun Depok Lama, ada beberapa penjual buah yang punya stok pisang kepok yang lumayan bagus-bagus. Iseng-iseng, nanya ke si penjual. Setelah tawar-menawar beberapa saat, harga pun disepakati. Dibawalah "setangkep" pisang kepok ke rumah.
Waktu nyampe di rumah, belum kepikiran mau dibikin apa. Pengennya sih bikin yang simpel-simpel aja, yang gampang dan nggak banyak makan waktu.
akhirnya, keesokan paginya, dibuatlah pisang goreng mentega tabur keju, kacang kenari cincang dan meises. Buatnya gampang dan cepat!! Hasilnya, Laziiiss, kali! Seperti ini, penampakannya. Ditambah segelas susu sapi segar, cukup bikin kenyang buat sarapan pagi.

Karena masih ada sisa, daripada nanti membusuk lama kelamaan, mendingan dibuat kolak pisang aja.
Sebenernya, pengen banget bikin pisang molen. Kebetulan di rumah ada gilingan mi, yang bisa berfungsi juga untuk menipiskan adonan kulit pisang molen.
Mungkin lain waktu dicoba ya...buat pisang molen.
Nov 6, 2007

Sate Ayam Ponorogo Pak Siboen

Di Tabloid Kontan Edisi Minggu I, November 2007, di halaman paling belakang tepatnya di kolom Kedai, kemarin dibahas tentang Sate Ayam Ponorogo khas Kediri Pak Siboen.Kebetulan saya dan suami asli orang Ponorogo, dan memang mencari sate ayam ponorogo di Jakarta ini susah banget, yang ada malah sate ayam madura yang lebih banyak lemaknya daripada daging ayamnya sendiri. Kayaknya bahasan ini cocok dijadikan refensi, jika suatu saat lagi kangen, pengen makan sate ayam ponorogo. Jadi gak usah pulang kampung ke Ponorogo, cukup di Jakarta aja....

Sate ayam ponorogo Pak Siboen ini terkenal dengan sate ayam Ponorogo khas Kediri. Lho kok.....Iya, jadi ceritanya begini :
Pada tahun 1954, anak Pak Siboen, yakni Karto Senen dan Miskan, membuka warung tenda pinggir jalan di Kediri, Jawa Timur. Mereka meneruskan profesi Pak Siboen yang berjualan di Ponorogo. Tapi, supaya makin mumpuni, keduanya pindah ke Kediri.Makin lama, warung mereka makin hari makin bertambah ramai. Pengunjung akhirnya malah mengenal Miskan sebagai Pak Siboen. Lantas anak-anak Karto Senen dan Miskan membuka kedai sate Ponorogo dengan merek dagang yang sama, Sate Ponorogo Pak Siboen.Sekarang, sate ayam Ponorogo Pak Siboen tersebar di berbagai kota. di Kediri ada tiga tempat, Malang 2 tempat, Tulung Agung 1 tempat, dan Jakarta 1 tempat.Pengelola di Jakarta adalah Hj. Srini, putri Karto Senen. Sedangkan di kota lain dikelola kakak dan sepupunya. Restoran paling besar kini ada di Malang dan Kediri.Hj. Srini awalnya tidak langsung terjun berjualan sate. Padahal, ia sudah hijrah ke Jakarta sejak tahun 1975 bersama suaminya, Suhardi Basuki. Dia malah bekerja di apotek. Belakangan, setelah melihat potensi bisnis sate ponorogo masih terbuka lebar di Jakarta, dia pun banting setir. Ia mulai berjualan sate ini sejak tahun 1991. Penjual sate khas Ponorogo di Jakarta kini masih terbilang minim.Awalnya Srini berjualan di warung tenda di Jalan Jatiwaringin, Jakarta Timur. Seiring makin ramainya pengunjung yang datang, dia lalu pindah ke tempat permanen sejak 2005.

Ciri khas dari sate ayam ponorogo di sini adalah ayamnya yaang merupakan ayam kampung. Sebelum dibakar, ayamnya telah diolah terlebih dahulu. Untuk sate kulit, kulit ayam direbus dulu untuk memeras lemaknya.Ciri khas lainnya adalah bumbu kacangnya. Kacang digongseng dulu tanpa minyak. Kemudian buang kulit dan mata kacangnya agar nggak terasa pahit. Setelah itu, kacang digiling hingga halus.Satu lagi, lontong yang menyertai sate ayam disini terbilang unik karena tidak memakai bahan pengeras sebagaimana lazimnya lontong. Lontong buatan Hj. Srini mengeras alami setelah melalui proses pengadukan. rasanya makin nikamt karena dibuat dari beras murni berkualitas.

Masalah harga bagaimana?
Untuk sate daging ayam dan hati, haganya Rp 11.000 per porsi.Sate kulit, Rp 10.000 per porsi.
Pengunjung bisa juga memesan sate campur dengan harga Rp 10.000 per porsi.Jika pakai nasi tambah Rp 3.000, jika pake lontong tambah Rp 2.000.

Kedai Pak Siboen juga menyediakan balungan alias sisa-sisa tulang ayam yang bercampur daging, tapi tidak saat tersedia. Maklum masaknya agak rumit. Tulang ayam kudu dimasak kering dengan belimbing wuluh, kemudian dibubuhi aneka bumbu.Balungan ini bisa dipesan sebelum singgah di Sate Pak Siboen, hubingi saja Hj. Srini untuk membuatkannya.

Sate Ayam PAk Siboen buka mulai pukul 12 siang hingga 10 malam.

Kedai ini juga menyediakan pula layanan antar seputar Jakarta, Bekasi dan Depok.

Bagi yang ingin berkunjung, disini nih tempatnya :
Sate Ayam Pak Siboen
Jl. Jatiwaringin No. 18
Jakarta Timur (depan swalayan Naga
Telepon : (021) 8463262
081513316101

Saya sendiri, sebagai orang Ponorogo asli belum pernah merasakan kelezatan sate ayam ponorogo Pak Siboen ini. Kalau di Ponorogo sendiri, yang terkenal sate ayaam Pak Bagong, yang letaknya di pertigaan ngepos (Jl. Sudirman) Ponorogo. Di Ponorogo sendiri ada satu wilayah yang jadi sentra industri sate ayam ponorogo. Saya dan suami pernah bawa sate ayam ponorogo waktu pulang kampung, tapi kayaknya emang gak tahan lama ya.... Makanya, kita cobain yuk Sate Ayam Ponorogo Pak Siboen.....
Sumber : Tabloid Kontan, Minggu I, November 2007

Tahu thek/Tahu telur



Sebenernya udah lama pengen makan yang namanya tahu thek. Waktu jalan ke ITC Depok beberapa waktu yang lalu, sempet makan sih yang namanya tahu thek itu. Cuma, kok ya belum puas ya....Soalnya tahu thek-nya pake telur rebus sih. Kan jadi aneh!

Waktu masih ngontrak rumah di sekitar Fatmawati dulu, sering banget makan tahu thek. Soalnya di depan Kantor Pos Besar Jakarta Selatan, yang letaknya berseberangan dengan RS Fatmawati, kalau malem banyak warung tenda gitu yang salah satunya ada yang jualan tahu thek. Manteb banget rasanya. Yang jualan memang orang asli Lamongan, dan petisnya diimpor langsung juga dari Surabaya sono, sehingga rasanya pun bener2 Jawa Timur.

Selain tahu thek, ada juga tahu campur, rawon, dan rujak cingur.

Balik lagi ke cerita minggu kemarin, karena petis udah ada dan semua bahan2 untuk buat tahu thek udah tersedia, mulailah saya buat tahu thek sendiri. Karena nggak punya arsip resep yang tertulis, maka diputuskan untuk membuat dengan modal seingatnya aja, karena sebelumnya udah sempat buat, cuna gak sempet difoto dan diarsipkan resepnya.

Bahan :
Tahu putih, 2 buah, potong kotak2 kecil
Telur, 2 butir
Toge, kau pake toge pendek, dikukus/rebus
Kentang, rebus

Bumbu petis :
Kacang tanah, goreng
Bawang putih, aku pake 4 siung, tumis sebentar
Cabe, aku pake 3 biji, kalau mau pedes lagi bisa ditambahkan, tumis sebentar
Garam secukupnya
Petis secukupnya
Air panas secukupnya

Kacang tanah, bawang putih, cabe, garam dihaluskan. Setelah halus, tambahkan petis sesuai selera. Kemudian, tambahkan air panas.

Tahu putih yang telah dipotong kotak2 dicampur dan diaduk dengan telur. Tambahkan garam dan sedikit kaldu ayam. Goreng dengan sedikit minyak, seperti membuat telur dadar hingga matang. Setelah matang potong-potong tahu telur.

Penyajiannya :
Kentang yang telah direbus dipotong kecil-kecil. Bisa juga sih pake lontong. Tergantung selera aja...Taruh kentang, tahu telur yang telah dipotong-potong di piring saji, taruh lagi toge di atasnya baru disiram dengan bumbu petisnya.Kemudian aduk hingga bumbu tercampur rata. Boleh ditambahkan bawang goreng.Tambah nikmat lagi kalau dimakan dengan kerupuk. Walaupun rasanya kurang manteb, tapi lumayanlah mengobati kerinduanku akan tahu thek Fatmawati.