Sate Ayam Ponorogo Pak Siboen
Di Tabloid Kontan Edisi Minggu I, November 2007, di halaman paling belakang tepatnya di kolom Kedai, kemarin dibahas tentang Sate Ayam Ponorogo khas Kediri Pak Siboen.Kebetulan saya dan suami asli orang Ponorogo, dan memang mencari sate ayam ponorogo di Jakarta ini susah banget, yang ada malah sate ayam madura yang lebih banyak lemaknya daripada daging ayamnya sendiri. Kayaknya bahasan ini cocok dijadikan refensi, jika suatu saat lagi kangen, pengen makan sate ayam ponorogo. Jadi gak usah pulang kampung ke Ponorogo, cukup di Jakarta aja....
Sate ayam ponorogo Pak Siboen ini terkenal dengan sate ayam Ponorogo khas Kediri. Lho kok.....Iya, jadi ceritanya begini :
Pada tahun 1954, anak Pak Siboen, yakni Karto Senen dan Miskan, membuka warung tenda pinggir jalan di Kediri, Jawa Timur. Mereka meneruskan profesi Pak Siboen yang berjualan di Ponorogo. Tapi, supaya makin mumpuni, keduanya pindah ke Kediri.Makin lama, warung mereka makin hari makin bertambah ramai. Pengunjung akhirnya malah mengenal Miskan sebagai Pak Siboen. Lantas anak-anak Karto Senen dan Miskan membuka kedai sate Ponorogo dengan merek dagang yang sama, Sate Ponorogo Pak Siboen.Sekarang, sate ayam Ponorogo Pak Siboen tersebar di berbagai kota. di Kediri ada tiga tempat, Malang 2 tempat, Tulung Agung 1 tempat, dan Jakarta 1 tempat.Pengelola di Jakarta adalah Hj. Srini, putri Karto Senen. Sedangkan di kota lain dikelola kakak dan sepupunya. Restoran paling besar kini ada di Malang dan Kediri.Hj. Srini awalnya tidak langsung terjun berjualan sate. Padahal, ia sudah hijrah ke Jakarta sejak tahun 1975 bersama suaminya, Suhardi Basuki. Dia malah bekerja di apotek. Belakangan, setelah melihat potensi bisnis sate ponorogo masih terbuka lebar di Jakarta, dia pun banting setir. Ia mulai berjualan sate ini sejak tahun 1991. Penjual sate khas Ponorogo di Jakarta kini masih terbilang minim.Awalnya Srini berjualan di warung tenda di Jalan Jatiwaringin, Jakarta Timur. Seiring makin ramainya pengunjung yang datang, dia lalu pindah ke tempat permanen sejak 2005.
Ciri khas dari sate ayam ponorogo di sini adalah ayamnya yaang merupakan ayam kampung. Sebelum dibakar, ayamnya telah diolah terlebih dahulu. Untuk sate kulit, kulit ayam direbus dulu untuk memeras lemaknya.Ciri khas lainnya adalah bumbu kacangnya. Kacang digongseng dulu tanpa minyak. Kemudian buang kulit dan mata kacangnya agar nggak terasa pahit. Setelah itu, kacang digiling hingga halus.Satu lagi, lontong yang menyertai sate ayam disini terbilang unik karena tidak memakai bahan pengeras sebagaimana lazimnya lontong. Lontong buatan Hj. Srini mengeras alami setelah melalui proses pengadukan. rasanya makin nikamt karena dibuat dari beras murni berkualitas.
Masalah harga bagaimana?
Sate ayam ponorogo Pak Siboen ini terkenal dengan sate ayam Ponorogo khas Kediri. Lho kok.....Iya, jadi ceritanya begini :
Pada tahun 1954, anak Pak Siboen, yakni Karto Senen dan Miskan, membuka warung tenda pinggir jalan di Kediri, Jawa Timur. Mereka meneruskan profesi Pak Siboen yang berjualan di Ponorogo. Tapi, supaya makin mumpuni, keduanya pindah ke Kediri.Makin lama, warung mereka makin hari makin bertambah ramai. Pengunjung akhirnya malah mengenal Miskan sebagai Pak Siboen. Lantas anak-anak Karto Senen dan Miskan membuka kedai sate Ponorogo dengan merek dagang yang sama, Sate Ponorogo Pak Siboen.Sekarang, sate ayam Ponorogo Pak Siboen tersebar di berbagai kota. di Kediri ada tiga tempat, Malang 2 tempat, Tulung Agung 1 tempat, dan Jakarta 1 tempat.Pengelola di Jakarta adalah Hj. Srini, putri Karto Senen. Sedangkan di kota lain dikelola kakak dan sepupunya. Restoran paling besar kini ada di Malang dan Kediri.Hj. Srini awalnya tidak langsung terjun berjualan sate. Padahal, ia sudah hijrah ke Jakarta sejak tahun 1975 bersama suaminya, Suhardi Basuki. Dia malah bekerja di apotek. Belakangan, setelah melihat potensi bisnis sate ponorogo masih terbuka lebar di Jakarta, dia pun banting setir. Ia mulai berjualan sate ini sejak tahun 1991. Penjual sate khas Ponorogo di Jakarta kini masih terbilang minim.Awalnya Srini berjualan di warung tenda di Jalan Jatiwaringin, Jakarta Timur. Seiring makin ramainya pengunjung yang datang, dia lalu pindah ke tempat permanen sejak 2005.
Ciri khas dari sate ayam ponorogo di sini adalah ayamnya yaang merupakan ayam kampung. Sebelum dibakar, ayamnya telah diolah terlebih dahulu. Untuk sate kulit, kulit ayam direbus dulu untuk memeras lemaknya.Ciri khas lainnya adalah bumbu kacangnya. Kacang digongseng dulu tanpa minyak. Kemudian buang kulit dan mata kacangnya agar nggak terasa pahit. Setelah itu, kacang digiling hingga halus.Satu lagi, lontong yang menyertai sate ayam disini terbilang unik karena tidak memakai bahan pengeras sebagaimana lazimnya lontong. Lontong buatan Hj. Srini mengeras alami setelah melalui proses pengadukan. rasanya makin nikamt karena dibuat dari beras murni berkualitas.
Masalah harga bagaimana?
Untuk sate daging ayam dan hati, haganya Rp 11.000 per porsi.Sate kulit, Rp 10.000 per porsi.
Pengunjung bisa juga memesan sate campur dengan harga Rp 10.000 per porsi.Jika pakai nasi tambah Rp 3.000, jika pake lontong tambah Rp 2.000.
Kedai Pak Siboen juga menyediakan balungan alias sisa-sisa tulang ayam yang bercampur daging, tapi tidak saat tersedia. Maklum masaknya agak rumit. Tulang ayam kudu dimasak kering dengan belimbing wuluh, kemudian dibubuhi aneka bumbu.Balungan ini bisa dipesan sebelum singgah di Sate Pak Siboen, hubingi saja Hj. Srini untuk membuatkannya.
Sate Ayam PAk Siboen buka mulai pukul 12 siang hingga 10 malam.
Kedai ini juga menyediakan pula layanan antar seputar Jakarta, Bekasi dan Depok.
Bagi yang ingin berkunjung, disini nih tempatnya :
Sate Ayam Pak Siboen
Jl. Jatiwaringin No. 18
Jakarta Timur (depan swalayan Naga
Telepon : (021) 8463262
081513316101
Saya sendiri, sebagai orang Ponorogo asli belum pernah merasakan kelezatan sate ayam ponorogo Pak Siboen ini. Kalau di Ponorogo sendiri, yang terkenal sate ayaam Pak Bagong, yang letaknya di pertigaan ngepos (Jl. Sudirman) Ponorogo. Di Ponorogo sendiri ada satu wilayah yang jadi sentra industri sate ayam ponorogo. Saya dan suami pernah bawa sate ayam ponorogo waktu pulang kampung, tapi kayaknya emang gak tahan lama ya.... Makanya, kita cobain yuk Sate Ayam Ponorogo Pak Siboen.....
Pengunjung bisa juga memesan sate campur dengan harga Rp 10.000 per porsi.Jika pakai nasi tambah Rp 3.000, jika pake lontong tambah Rp 2.000.
Kedai Pak Siboen juga menyediakan balungan alias sisa-sisa tulang ayam yang bercampur daging, tapi tidak saat tersedia. Maklum masaknya agak rumit. Tulang ayam kudu dimasak kering dengan belimbing wuluh, kemudian dibubuhi aneka bumbu.Balungan ini bisa dipesan sebelum singgah di Sate Pak Siboen, hubingi saja Hj. Srini untuk membuatkannya.
Sate Ayam PAk Siboen buka mulai pukul 12 siang hingga 10 malam.
Kedai ini juga menyediakan pula layanan antar seputar Jakarta, Bekasi dan Depok.
Bagi yang ingin berkunjung, disini nih tempatnya :
Sate Ayam Pak Siboen
Jl. Jatiwaringin No. 18
Jakarta Timur (depan swalayan Naga
Telepon : (021) 8463262
081513316101
Saya sendiri, sebagai orang Ponorogo asli belum pernah merasakan kelezatan sate ayam ponorogo Pak Siboen ini. Kalau di Ponorogo sendiri, yang terkenal sate ayaam Pak Bagong, yang letaknya di pertigaan ngepos (Jl. Sudirman) Ponorogo. Di Ponorogo sendiri ada satu wilayah yang jadi sentra industri sate ayam ponorogo. Saya dan suami pernah bawa sate ayam ponorogo waktu pulang kampung, tapi kayaknya emang gak tahan lama ya.... Makanya, kita cobain yuk Sate Ayam Ponorogo Pak Siboen.....
Sumber : Tabloid Kontan, Minggu I, November 2007
0 Comments:
Post a Comment
<< Home